Seseorang : "Eh cita-cita
terbesar Anita apa sih?"
Me : "Hmh? Jadi ibu yang
baik.."
Lalu dia tertawa
terbahak-bahak menertawakan cita-cita saya.
Kejadian itu berlangsung sekitar setahun lalu, pada
pembicaraan ringan sebenarnya bersama beberapa orang teman disebuah tempat
makan di kota kecil, Curup. Mungkin banyak orang yang akan berekspresi sama
jika mendengar cita-cita terbesar saya yang "hanya" ingin menjadi ibu
yang baik.
Perkenalkan saya, Anita Sahril berumur 22 tahun berprofesi
sebagai karyawan swasta di salah satu Bank bonafit, sekaligun pegawai lepas di
TV local. Ketika banyak orang dengan latar belakang pendidikan seperti saya
menjawab " I would like to be ini itu bla bla, fellow bla bla ini itu
ini" saya cukup tersenyum dan benar-benar yakin akan jawaban saya ingin
menjadi ibu yang baik. Kelak.
Kenapa harus mencibir cita-cita Ibu yang baik? Buat saya,
cita-cita menjadi seorang ibu yang baik itu lebih susah daripada cita-cita
membangun kantor antariksa di luar angkasa, diatas bulan, beratapkan genteng
dan beralaskan tanah dengan atmosfir memiliki harum Bvlgari. Ya saya serius,
pekerjaan yang harus diapresiasi adalah menjadi Ibu yang baik.
Mengapa harus diapresiasi? Karena menjadi ibu yang baik
tidak ada sekolahnya dan untuk menjadi ibu yang baik tidak melalui ujian
tertulis yang membuat kita tidak makan berhari-hari stress menjelang wawancara
atau bertelinga kebal dicerca konsulen. Menjadi ibu yang baik hanya butuh
pengakuan. Iya pengakuan, pengakuan dari keluarga. Dan ibu yang baik adalah
pencapaian tertinggi perempuan karena untuk menjadi Ibu yang baik dibutuhkan
pengakuan dari keluarga. Dan hey, itu sulit.
Ibu saya hanya lulusan PGAN (SMA), tapi saya berani bilang
beliau adalah Ibu yang baik. Beliau selalu memiliki waktu untuk saya, mengecup
kening saya sebelum tidur, membetulkan letak selimut saya jika mulai
berantakan, menyiapkan susu hangat di pagi hari dan teh di malam hari dan Beliaulah
(selain Ayah saya) yang berdiri paling tegap di wisuda saya. Dan siapa bilang
ibu saya tidak sekeren wanita yang menduduki jabatan penting di perusahaan?
Bahkan lebih keren dari Presiden wanita Korea pertama yang baru dilantik
belakngan ini.
Menjadi direktur di perusahaan besar? Mudah. Tapi apa
artinya semua pencapaian duniawi jika anak merasa terabaikan? Jika tidak ada
sapaan selamat pagi penuh cinta untuk anak-anak, jika tidak ada tangan halus
yang mengajari mereka menggambar, jika tidak ada sosok ibu yang menemani anak
perempuaannya membeli peralatan make up pertamanya, sosok untuk anak perempuan
menceritakan pacar pertamanya, sosok untuk mereka menangis, sosok yang mereka
cari ketika mendapatkan nilai baik, sosok yang mereka peluk ketika mereka jatuh
dan sosok yang mereka banggakan kedepan teman-temannya karena masakannya yang
enak. Itu peran seorang Ibu.
Ibu bukan hanya melahirkan tapi menemani mereka hingga
nafas terakhir yang kita bisa.
Cita-cita saya masih panjang. Saya berencana lanjut sekolah
ke luar negeri, saya berencana buka boutique dan bakery dan saya masih
berencana menerbitkan buku hingga raga terlalu lemah. Tapi apa impian terbesar
saya? Ya, hanya menjadi ibu yang baik..
Seorang ibu yang bisa dibanggakan dan dirindukan.